Selasa, 22 September 2009

Bergaul dengan Stress


Seringkali, di sekitar kita, tanpa sadar, atau dengan sengaja, menyebutkan kata “stress” hampir pada setiap penutup alinea percakapan, misal: “stress deh gw..!”, “ya ampuuunn, stress nih..”, “hahaha.. parah! Stress banget..!” Jika sejumlah orang benar-benar bisa hidup dengan stress sedemikian mudah dan tetap “gaya”, mungkin mereka adalah orang yang paling bisa bergaul dengan stress.`
````


Banyak sekali orang mencari ketegangan seperti menonton pertandingan, dengan alas an melepas stress. Semakin stress semakin seru. Bahkan terkadang orang tidak segan membayar jutaan rupiah, untuk merasakan ketegangan di ring tinju yang paling dekat dan jelas. Namun, akan lain ceritanya kalau kita mengartikan stress sebagai keadaan “di bawah tekanan”. Tentunya kita bisa membayangkan ketegangan, kelelahan, kecemasan, depresi, rasa khawatir, bahkan kemarahan.

Tidak jarang orang menganggap bahwa kerja adalah sumber stress yang paling relevan. Dan sebaliknya, rekreasi, cuti, atau liburan adalah sumber pelepasannya. Kalau tidak hati-hati, kita sudah menggeser pengertian stress ke arah yang negatif, sehingga kita ingin menghindarinya. Kita tahu kerja itu penting. Selain kebisingan, temperatur, kesempitan, yang pasti berpengaruh negatif, semua aspek di pekerjaan mempunyai dua sisi tekanan.

Orang baru bisa puas dan gembira bila ia menghadapi tantangan. Orang merasa dipercaya bila diberi tanggung jawab besar. Hubungan baik menyebabkan kehangatan, tetapi sekali-kali hubungan bisa menegangkan dan pasti mengakibatkan rasa tidak senang. Promosi, mutasi, pasti mengandung tekanan. Deadline, tuntutan kualitas, kompetisi, adalah aspek-aspek pekerjaan yang dekat dengan stress. Tetapi, bisakah kita membayangkan suasana kerja tanpa deadline, tanpa target??? Tanpa tantangan, apa artinya dan dimana asiknya pekerjaan???

Stress = tekanan > Sumber daya

Sebagian orang, mampu bersikap “solution oriented”, setiap menghadapi kejadian baru, permasalahan kerja, kehilangan orientasi, atau masalah apapun, mereka akan pergi ke depan komputer, dan melakukan browsing secara intensif. Biasanya mereka yakin, dengan melakukan hal tersebut, sangat jarang tidak menemukan solusi, best practice, sample, ataupun informasi. Ini salah satu contoh, bahwa setiap individu memiliki mekanisme masing-masing untuk mencari jalan keluar. Orang yang sudah terlatih, akan segera menemukan jalan keluarnya, sementara orang yang tidak terbiasa, akan merasa begitu sulit menghadapinya.

Tentunya kejar-kejaran antara tekanan dan sumber daya ini bisa tidak seimbang. Bila tekanan bertubi-tubi, sementara upaya perolehan sumber daya tidak mencukupi, maka yang terjadi stress akan timbul. Pada akhirnya, stress yang kita alami sebenarnya ada di bawah kontrol kita, karena masalahnya ada dalam cara kita mempersepsi tekanan dan kreativitas kita “mengulik” sumber daya.

Jangan cari penyakit

Kata stress memang sudah menjadi kata yang sangat biasa dalam keseharian. Situasi seperti kemacetan lalu lintas, masalah politik, bencana alam, persoalan bisnis, terutama dalam keadaan sulit terlalu sering, dapat menekan kehidupan kita. Hal yang penting dalam kehidupan kerja dan keseharian adalah dengan mengatur jumlah tekanan yang bisa kita tahan sehingga hidup menjadi lebih menarik, tertantang, dan dinamis, tetapi tetap bisa mengatur sumber daya untuk menahannya. Orang yang bisa menyeimbangkan jumlah tekanan versus sumber daya, biasanya tidak banyak mengeluh tentang masalah eksternal yang menekan dirinya, tidak cepat naik darah, dan biasanya menerjemahkan setiap pengalamannya secara positif.

Tekanan pekerjaan dan kemalangan, misalnya, adalah hal-hal yang sulit kita kontrol. Tetapi, banyak tekanan datang dari ulah kita sendiri, misalnya, pilihan gaya hidup seperti kurang tidur, merokok, minum kopi berlebihan, penggunaan waktu yang terlalu mendesak. Cara kita berpikir juga sering membuat semakin sempitnya padangan tentang jalan keluar dan kemudian akan berkembang sebagai sikap pesimis.

Arah tekanan

Kalau lihat seorang atlet, semakin mendekati masa pertandingan, akan semakin hebat “deraan” yang dialami dari pelatihnya. Dengan latihan yang sedemikian berat, apakah deraannya tidak membuat stress? Bagaimana dengan tuntutan dari ‘coach’-nya? Apa bedanya dengan tekanan pekerjaan?

Perbedaannya, pada arah tekanannya. Bila tidak dikehendaki oleh individu, tekanan akan terasa dari atas ke bawah. Sedangkan, tekanan yang dialami oleh seorang atlet biasanya tetap dari bawah ke atas, karena keinginannya untuk menjadi juara. Dia sadar betul bahwa tekanan diberikan untuk menjadi juara. Pekerja sering tidak sadar akan tujuan perusahaan, yang akhirnya untuk mencapai kesejahteraan dirinya. Untuk itu, perlu sekali individu “bermain” dengan stress, yang notabene juga membangkitkan motivasi, menimbangnya, dan mengarahkan tekanan ke atas.

ABC Penanganan Stress

A = AWARENESS
(Bagaimana bentuk tekanan? Berapa besar? Darimana asalnya? Kemana arahnya? dan Bagaimana reaksi kita?)
B = BALANCE
(Berapa besar stress yang bisa kita seimbangkan dengan sumber daya yang ada?)
C = CONTROL
(Apa yang bisa kita lakukan untuk menyimpan dan menambah sumber daya?)


- 16 Juli 2009

Sumber:
EXPERD, Soft Skills Training, ER & SS, dalam :
23 September 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar